Suporter Kecewa Persikaba Blora Minim Dukungan dari Askab

BLORA, Lingkarjateng.id – Suporter klub sepak bola Persikaba Blora kecewa lantaran Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Blora dan Askab PSSI Kabupaten Blora yang menaungi persepakbolaan di Blora seperti tak peduli dan tak ada niat mengembangkan sepak bola di Kabupaten Blora. Kekecewaan tersebut salah satunya diungkapkan suporter Persikaba Blora dari kelompok Saminista.

Ketua Saminista Windy Pramudya mengaku geram dengan kondisi sepak bola di Blora saat ini. Selain karena tak ikut berkompetisi di Liga 3 Jateng tahun ini, juga tak memiliki stadion representatif.

“Ironisnya malah tidak ada kompetisi di tingkat umur. Bagaimana memberikan ruang bagi potensi lokal. Yang ada beberapa tahun belakangan, tim Persikaba waktu ikut kompetisi malah banyak mengontrak pemain dari Kudus,” ucap Windy di Blora, baru-baru ini.

Menurut Windy, cara instan yang ditempuh itu tak akan berbuah prestasi. Pertama karena orang luar daerah tak punya spirit kebanggaan mengenakan seragam Persikaba sehingga tidak bisa totalitas. Kedua, bila dikalkulasi kontraknya jauh lebih mahal. 

“Lebih baik buat kompetisi kelompok usia. Misalnya bisa kerja sama dengan dinas terkait. Bisa juga kompetisi antarsekolah. Dari hasil kompetisi bisa menjadi suplai ke tim Persikaba sehingga potensi lokal terakomodir,” paparnya.

Ia juga menyebut bentuk ketidakseriusan Pemkab Blora dan Askab PSSI Blora lainnya yakni soal stadion yang layak.

“Kami dulu tidak sepakat stadion utama kami (Kridosono) dibongkar. Walaupun sekarang banyak UMKM tumbuh, harusnya ‘kan stadion tetap ada dan UMKM juga tumbuh beriringan. Biar sama-sama maju,” ujarnya.

Selain itu langkah membongkar Stadion Kridosono dan mewacanakan membangun Stadion Kridaloka di Jepon dinilainya terlalu gegabah.

“Hasilnya, stadion di Jepon saat ini memang mangkrak. Tak kunjung bisa dipakai,” ucapnya.

Sementara itu Kepala Bidang (Kabid) Pemuda dan Olahraga Dinas Kepemudaan, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata (Dinporabudpar) Blora, Rustam, mengaku perbaikan atau pembenahan stadion memang berat di anggaran.

Rustam mengatakan, walaupun stadion utama telah beralih fungsi pihaknya masih berupaya merawat stadion tersebut agar masih bisa digunakan kegiatan yang berhubungan dengan sepak bola. 

“Anggarannya memang sulit. Apalagi anggaran tahun depan ini kesedot di pemilu. Jangankan pembenahan, untuk merawat kamar mandinya saja kami juga kesulitan. Tapi masih diupayakan perbaikan seperti merawat gawang, tribun, dan lainnya,
 “ tutur Rustam. (Lingkar Network | Hanafi – Koran Lingkar)