Kekeringan di Blora, Warga Raup Untung Rp 400 Ribu per Hari dari Jual Air Bersih

BLORA, Lingkarjateng.id – Sejumlah daerah di Kabupaten Blora mulai terdampak kekeringan pada awal musim kemarau tahun 2023, bahkan warga harus mengeluarkan uang lebih untuk memenuhi kebutuhan air bersih sehari-harinya. Berbeda dengan warga yang memiliki sumur bor, mereka justru bisa menjual air untuk memasok kebutuhan masyarakat yang terdampak kekeringan.

Seperti yang terlihat di salah satu sumur bor milih Joid, warga Dukuh Karanganyar, Desa Pilang, Kecamatan Randublatung, setidaknya 70 – 80 truk bolak-balik mengambil air untuk dijual setiap harinya. Truk-truk tersebut berkapasitas 4.000 – 6.000 liter.

“Kalau pas ramai bisa sampai 90 truk masing masing membawa 4.000 liter air bersih,” ujarnya, pada Senin, 7 Agustus 2023.

Joid menjelaskan, sumur bor miliknya bisa mengeluarkan air hingga 40.000 – 50.000 liter air per jam. Sedangkan ia menjual air dengan harga Rp 20 – 50 ribu per toren kapasitas 2.000 liter.

“Alhamdulillah musim kemarau membawa berkah bagi kami. Lumayan lah bisa untuk kegiatan,” ujarnya.

Butuh Kepedulian Bersama, 125 Desa di Blora Dilanda Kekeringan Ekstrem

Sementara itu, salah satu penjual air, Uda, menyampaikan bahwa dirinya turut mendapatkan berkah dengan datangnya musim kemarau. Ia mengaku, jumlah permintaan air semakin tinggi setiap harinya.

“Sehari bisa menjual hampir 24.000 liter hingga 30.000 liter air bersih ke pelanggan,” ucapnya.

Sekali angkut, ia mampu menyalurkan 3.000 liter dalam 2 toren yang ia jual dengan harga Rp 100 ribu di Kecamatan Jati.

“Wilayah saya mulai Dukuh Ngelo, Pelang, Mindi, Desa Pelem, dan sekitarnya,” imbuhnya.

Uda mengaku, setiap hari rata-rata ia mampu mengantongi keuntungan Rp 400 ribu hingga Rp 500 ribu dari menjual air bersih.

“Saya jual di wilayah Jati dan Randublatung,” jelasnya.

Sebagai informasi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Blora mencatat ada 125 desa di Blora mengalami kekeringan. Salah satunya adalah Kecamatan Jati yang mengalami kekeringan ekstrem.

“Hampir semua desa di Jati mengalami kekeringan. Sedangkan di kecamatan Cepu, Desa Mernung paling terdampak,” ujar Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Blora Widjanarsih pada Jumat, 28 Juli 2023. (Lingkar Network | Hanafi – Lingkarjateng.id)