Pengurus Dokar Dipanggil Dinas Pariwisata Demak, Ada Masalah Apa?

DEMAK, Lingkarjateng.id – Pengurus dokar dan becak di kawasan Tembiring Jogo Indah dipanggil Dinas Pariwisata (Dinparta) Kabupaten Demak.

Pemanggilan tersebut untuk membahas kebersihan lingkungan area parkir wisata, khususnya di Taman Taman Parkir Tembiring Jogo Indah dikarenakan pemilik dokar sering membuang kotoran kuda tidak pada tempatnya. Hal itu menyebabkan area Koplak Dokar sering terlihat kotor dan bau kotoran kuda.

Kabid Promosi dan Pemasaran Wisata, Ardhito Prabowo, didampingi Sub Koor Kemitraan Pariwisata, Endang Suryaningsih, menemui pengurus dokar dan becak, Achmad Harir, di ruang tengah pertemuan Dinas Pariwisata Demak pada Rabu, 11 Januari 2023.

Dinas Pariwisata Demak mengharapkan para kusir dokar untuk lebih membuang kotoran kuda pada tempatnya. Kawasan wisata dengan polusi bau kotoran kuda akan mengganggu kenyamanan wisatawan.

Disisi lain, perwakilan pengurus paguyuban dokar dan becak, Achmad Harir, mengatakan bahwa pihaknya sudah sering mengingatkan kepada para kusir untuk tidak membuang kotoran sembarangan.

“Sebenarnya, kami selaku pengurus sudah berusaha memberi pemahaman dan sosialisasi kepada para kusir, perihal terkait pembuangan kotoran kuda kepada para kusir. Akan tetapi memang kembali lagi, tentang kesadaran para kusir yang masih kurang, perihal kebersihan,” jelasnya. 

Sementara itu, Sub Koor Kemitraan Pariwisata, Endang Suryaningningsih, menyampaikan dirinya akan berkoordinasi dengan Sub Koor PODTW (Pengembangan Obyek Daya Tarik Wisata) untuk secepatnya mengadakan pertemuan bersama dengan para kusir dokar Tembiring.

“Secepatnya akan kita koordinasikan untuk melaksanakan penyampaian sosialisasi mengenai pentingnya menjaga kenyamanan lingkungan dan pengunjung yang datang ke destinasi wisata Demak,” katanya.

Dalam pertemuan tersebut Dinas Pariwisata Demak juga memberikan sosialisasi kepada perwakilan pengurus paguyuban dokar dan becak untuk dapat meneruskan sosialisasi tentang seragam angkutan wisata lurik. Seragam itu dikenakan pada hari Sabtu dan Minggu ketika tengah melakukan pekerjaan.

Pakaian lurik ini sekaligus untuk menaikkan citra jasa transportasi di Demak. Terlebig lurik merupakan pakaian khas rakyat Demak tempo dulu.

“Tolong disampaikan kepada seluruh kusir dokar dan becak untuk mengenakan seragam lurik dan celana panjang sopan ketika tengah menarik pengunjung. Sehingga keindahan dan keseragaman corak lurik yang menjadi pakaian khas rakyat Demak tempo dulu, dapat dikenal juga oleh wisatawan yang datang,” harapnya. (Lingkar Network | Tomi Budianto – Koran Lingkar)