Kaget Nama Suami Dicatut Jadi Peminjam KUR BNI Blora, Istri Tiba-Tiba Pingsan

BLORA, Lingkarjateng.id – Kesaksian petani yang diduga tercatat sebagai penerima kredit usaha rakyat atau KUR Bank BNI Blora tanpa sepengetahuan datang dari Pujiem. Warga Desa Kutukan, Kecamatan Randublatung, Kabupaten Blora, jatuh pingsan setelah mendengar berita jika suaminya diduga termasuk daftar petani penerima kredit KUR Bank BNI.

Pujiem sempat tak sadarkan diri dan mengeluarkan keringat dingin selama 15 menit. Sebelum akhirnya ia siuman dan sempat dibuatkan teh hangat oleh suaminya, Sakib. Ia mengatakan, jika selama ini dirinya tidak pernah menyangka jika keikutsertaan suaminya dalam kelompok tani akan berujung masalah.

“Kalau tahu begini dulu saya tidak akan mengijinkan suami ikuti program ini,” ujarnya dengan tubuh masih lunglai pada Minggu, 8 Oktober 2023.

Meski belum tahu fakta yang sebenarnya, apakah suaminya benar-benar masuk daftar nama peminjam KUR BRI Blora. Namun dirinya menyakini, karena alur cerita suaminya soal banyaknya tanda tangan yang telah dibubuhkan.

“Kami orang kampung, orang bodo, kok masih ada yang tega mengorbankan kami,” ucapnya sambil menangis.

Kesaksian Petani Khusus yang Mendadak Berhutang di BNI Blor

Pujiem berharap, agar kasus pinjaman bermasalah itu bisa selesai dan suaminya tidak dilibatkan. “Kami tidak tahu apa-apa, pokonya jangan libatkan kami. Kami hanya dikorbankan,” pungkas Pujiem.

Sebelumnya, suami Pujiem yakni Sakib menerangkan bahwa dirinya sempat dimintai sejumlah tanda tangan di atas kertas bermaterai ketika dirinya diundang di salah satu kantor PT.

“Waktunya saya tidak ingat tepatnya, tetapi saya diminta untuk tanda tangan beberapa kali,” ucap Sakib pada Minggu, 8 Oktober 2023.

Usai tanda tangan, Sakib mendapatkan tawaran pinjaman sebesar Rp 2 juta rupiah tanpa agunan dan tanpa bunga dari salah satu pegawai PT. Namun, ia menolak karena takut tidak kuat bayar.

Sakib menceritakan awal mula dirinya menjadi anggota petani khusus. Saat itu, tepatnya musim labuh (awal tanam padi) dirinya direkrut menjadi anggota salah satu kelompok tani oleh seorang ketua rukun tetangga bernama Marijan.

“Setelah saya menjadi anggota kelompok tani, katanya kelompok sedang ada kemitraan dengan salah satu PT. Dimana anggota akan di hutangi benih dan pupuk,” jelas Sakib yang ditemani istrinya Pujiem.

Petani Mendadak Punya Hutang di Bank BNI Blora

Kemudian ia diminta menyerahkan fotokopi KTP dan KK untuk bisa mendapatkan pinjaman benih.

“Setelah itu saya pun mendapatkan pinjaman benih jagung 9 Pcs, masing-masing berisi 1 kg @ Rp 90 ribu. 4 botol obat pengering rumput per botol Rp 90 ribu. Dan obat-obatan lainnya,” beber Sakib.

Setelah panen jagung, karena bersifat kemitraan, jagung dibeli oleh PT seharga Rp3.600 per kg. Dengan hasil produksi panen sebanyak 1 ton 4 kwintal.

“Kemudian, semua hutang benih dan obat sudah dipotong. Jadi saya sudah lunas dan tidak punya utang sama sekali,” katanya.

Namun, akhirnya ia terkejut jika belakangan namanya juga dicatut sebagai peminjam KUR di BNI.

“Saya tidak merasa hutang, kalau disuruh bayar saya tidak akan mau. Kami orang kecil omongan kami tidak pernah blenjani,” pungkasnya. (Lingkar Network | Hanafi – Koran Lingkar)