Harga Pupuk Mahal, Puluhan Petani Blora Protes ke DPRD

BLORA, Lingkarjateng.id – Puluhan petani di Kabupaten Blora mendatangi Kantor Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Blora untuk berkeluh kesah soal pupuk bersubsidi. Pasalnya, harga pupuk mahal menjadi salah satu permasalahan yang menyulitkan petani dan masyarakat.

“Jadi di wilayah Kabupaten Blora, di lapangan, banyak sekali permasalahan pupuk. Kita semua tau bahwa pupuk bersubsidi ini dijual di atas Harga Eceran tertinggi (HET). Kadang-kadang harganya tidak manusiawi. Bisa mencapai 250 ribu, 280 ribu, bahkan sampai ada yang 500 ribu,” ujar Salah Satu Koordinator Petani, Exi Wijaya, Selasa (8/11). 

Exi juga menyampaikan bahwa kedatangannya ke DPRD Blora untuk menggunakan hak konstitusional sebagai warga guna menyuarakan aspirasi.

“Kegelisahan kami, harapan, cita-cita kami supaya para pemangku kebijakan ini, mbok para pemangku kebijakan ini melihat fakta yang terjadi di lapangan. Seperti tadi itu tidak paham bahwa pupuk bersubsidi itu dijual diatas harga HET, itu aneh bagi kami dan aneh sekali jika para pemangku kebijakan tak tau,” ungkapnya.

Exy pun mengaku bahwa hingga saat ini, belum pernah menemukan bahwa salah satu pengecer pupuk bersubsidi yang menjual di atas HET diberikan sanksi.

“Paling tidak dikasih sanksi lah, tindakan pencabutan surat ijin, tapi nyatanya itu gak ada. Harusnya itu sebagai efek jera, biar apa? Biar pengecer tidak pernah menjual pupuk bersubsidi di atas HET,” bebernya.

Sementara itu, Kepala Dinas Perdagangan Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah (Dindagkop UKM) Blora, Kiswoyo mengatakan aspirasi yang disampaikan oleh petani maupun masyarakat akan ditindak lanjuti.

“Untuk jumlah pengecer di Blora ada 357, dan 10 distributor. Harapannya bersama-sama stakeholder yang ada di Blora, dan distributor pupuk berbenah lah. Artinya jangan ada keterlambatan distribusi, karena masyarakat juga butuh pupuk harus bisa sampai di KPL. Dan itu bisa sampai sasaran tepat waktu. Yang kedua dari stakeholder yang ada bisa berbenah. Harapan ke depan kita bisa mengurai masalah-masalah yang ada di tingkat distribusi,” tegasnya.  (Lingkar Network | Lilik Yuliantoro – Koran Lingkar)